Minggu, 17 Mei 2015

Masih Belajar Nulis

KAU TAHU

Kau tahu
Jika kau tahu aku pena tanpa tinta
Jika kau tahu aku api tanpa bara
Jika kau tahu aku perangai tanpa suara
Jika kau tahu aku raga tanpa jiwa
Wahai Tuhan..
Sang penerang enggan untuk menatapku
Sang awan sudah tak lagi memperlihatkan keelokannya
Sang angin sudah tak ingin lagi menyapaku

Doaku
Tuhan..
Aku ingin perangai ini tersampaikan
Jiwa ini tak lagi sepi
Raga ini tak sendiri
Dan Hidup ini tak lagi hampa
Kini menggebu bara dalam hariku
Mengudara jiwaku memanggil inisialmu

Kau seakan jadi perona warna dalam garis tanganku
Kau seakan jadi Pelipur gundah hatiku
Kau pula deburan ombak dalam syair indah laguku

Tuhan..
Sang penerang tak akan tega membuat kau meneteskan air mata
Sang pelana sejuk tak mungkin menghentikan laju jantungmu
Sang pendekar tak mungkin tega menghunus pedang tak tentu arah
Sang hati hanya butuh sang lentera penenang
 Seperti dirimu





Oleh : Rini Harleni

Puisi si Amatir

KECEWA

Sedetik terasa sehari bila kau mengulur waktu
Ingin rasanya aku membeli detik menit jam dirimu
Aku ingin kau tahu isi degupan jantungku
Bertahan bersama terik penerang menunggu hadirmu
Mahal untuk hanya bertegur sapa denganmu
Murah untuk hanya membayangkan dirimu

Sang angin menepuk bahuku
Merasuki jari jemariku
Merangkul ragaku yang lelah
Menopang senyum yg tak lagi merekah

Senyummu berakhir di pasir berdetikku
Beralih raga ingin menepis bayangmu
Serupa sosokmu namun bukan dirimu
Aku disini tunduk terdiam mendengar sayup ocehanmu
Melamun kau berikan dewi malam itu untukku
Menyayat malam tanpa sang bintang ditatapanku

Sang pujaan benderang di kegelapan
Menindasku menjadi seorang kesepian
Menamparku dengan sentuhan tak berarti
Terhempas lesu aku tiada bertepi

Inilah kecewaku
Bentuk poros emosi tak tersematkan
Segerombol hati tak terpintalkan
Luka pedih tak tersembuhkan
Benalu otak tak terkoordinasikan
Konklusi yang tak tersimpulkan
Kertas tak bertuliskan
Pena yang tak bertintakan




karya : Rini Harleni